06 September 2007

Don't Do That, Private!

Inilah surat edaran yang bikin resah sebagian warga Jakarta beberapa hari ini.



Saya mendapatkan surat edaran ini dari seorang tetangga kemarin pagi. Katanya, surat itu beredar dari satu ibu ke ibu yang lain di pasar kompleks perumahan kami. Entah siapa yang mengedarkannya.

Ibu-ibu, kata tetangga saya itu, agak-agak panik setelah membaca surat edaran yang dikeluarkan dan diteken oleh anggota marinir, lengkap dengan cap resmi. Kenapa?

“Karena dalam daftar itu ada beberapa merek makanan yang biasa dikonsumsi anak-anak mereka, Mas,” jawab tetangga saya.

Ibu-ibu itu sebetulnya antara percaya dan tidak pada surat itu. Maklum, sekarang kan musim tipu-menipu lewat fotokopian seperti itu. “Tapi, yang ini lain. Ada tanda tangan dari marinir je, orang berpangkat. Itu yang bikin keder, Mas,” kata tetangga saya.

Saya mesem. Lah wong marinir ki juga manusia je. Mosok bikin keder? Halah.

“Masalahnya, kita kan ndak tahu kepada siapa harus bertanya, Mas. Kita ndak tahu surat itu beneran atau apus-apus, bohongan. Mereka belum pernah mendengar penjelasan dari pemerintah atau Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Media massa pun belum banyak yang memberitakannya,” katanya.

Untungnya, saya memang sudah membaca berita tentang surat yang bikin heboh itu. Situs-situs berita bahkan sudah menayangkan klarifikasi Kepala Dinas Penerangan Marinir Letnan Kolonel Novarin Gunawan tentang surat edaran itu.

Intinya, menurut pak letnan kolonel itu, surat edaran itu memang berasal dari korps marinir yang bermarkas di Cilandak, Jakarta Selatan. Dikeluarkan pada 10 Agustus 2007. Saya heran, kenapa surat itu baru sampai di kompleks perumahan saya kemarin? Ah, mungkin karena saking terpencilnya kampung saya.

Tapi, kata pak letnan kolonel, surat itu sebetulnya hanya untuk kepentingan internal. Pak letnan kolonel ndak tahu mengapa surat itu bisa keluar dan siapa yang mengedarkannya.

Pak letnan kolonel juga mengakui bahwa laboratorium Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya, yang menjadi rujukan edaran itu tak berwenang mengeluarkan rekomendasi tentang makanan. Laboratorium itu hanya mengurus penelitian medis, dan bukan penelitian makanan.

Lah, lab medis seperti itu kok bisa dijadikan rujukan ya? Bukankah [dengan segala kekurangannya] hanya Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang mestinya berwenang mengeluarkan daftar seperti itu?

Aha, rupanya ada yang kelebihan energi dan inisiatif. Lalu, orang itu bikin surat edaran yang bikin publik resah. Memang pak letnan kolonel itu sudah minta maaf. Tapi, mbok ya lain kali hati-hati dong, Pak. Biar masyarakat yang memang gampang terbakar isu ini ndak cepat resah juga.

Lagi pula, setahu saya marinir itu tugasnya ngurusin pertahanan dan keamanan, bukan makanan. Kenapa sekarang melakukan diversifikasi tugas? Jangan mentang-mentah, ah …

Bukan begitu, Ki Sanak?

0 comments: