05 September 2007

Inspiring Post

Sebuah posting adalah inspirasi bagi orang lain. Saya mendapatinya pada sebuah blog yang baru saya temukan. Langit biru namanya.

Terus terang saya ndak kenal siapa pemilik blog itu. Pun saya ndak tahu dia itu laki-laki atau perempuan.

Tapi, begitu saya membaca tiga tulisan yang ada di blog itu, saya jadi bungah dan merasa terhormat karena salah satu posting saya ternyata telah memberinya inspirasi untuk membuat posting lanjutan.

“Halah. Tapi, jan-jane sampean yo bangga to, Mas?” tanya Paklik Isnogud, sedikit menyindir.

Saya nyengir.

“Ndak apa-apa kok, Mas. Wajar. Manusiawi,” kata Paklik sambil mesam-mesem. Saya tahu, ia sedang mengejek saya.

“Ah, Paklik suka gitu deh,” balas saya sedikit malu.

“Tapi, ngomong-omong tentang inspirasi, saya jadi ingat Richard Nixon, Mas. Sampean tahu siapa dia, kan? Nixon pernah berujar, Politik itu puisi. Tapi, tak semua politikus bisa menjadi penyair.”

“Apa hubungannya dengan inspirasi, Paklik?”

“Begini, Mas. Menurut Nixon, kebanyakan politikus di muka bumi ini tak lebih dari sekadar sebuah word processor. Word processor memang sesuatu yang mekanistis, tak punya inspirasi sendiri, dan juga tak punya roh untuk memberi inspirasi kepada orang lain.

Ia mungkin sebuah otak yang piawai, tapi ia dingin. Ia berbicara kepada kita dengan bahasa yang sudah tertentu. Ia bisa berpidato dan tersenyum dan mencium pipi bayi, tapi ia tak punya showmanship.

“Sik, sik, Paklik … Saya kok mendadak seperti sampean ingatkan pada seseorang yang saya kenal. Sampean sedang bicara tentang politikus di Amerika, dan bukan politikus kita di sini, kan?”

“Tentu saja bukan, Mas. Kita tahu, Nixon mengambil perumpamaan itu untuk menyindir Michael Dukakis, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat. Jadi ya sampean boleh-boleh saja memakai perumpamaan itu juga di sini. Sama-sama dari Demokrat juga kan, hehehe …

Tapi, jangan lupa, Mas. Inspirasi sudah tentu bukan hanya datang dari serangkaian pesan. Dalam hal Martin Luther King Jr., inspirasi itu lebih dari sekadar kata.

Pada mulanya memang kata, tetapi di dalam kata itu ada dirinya, seluruh dirinya - jiwanya dan badannya, kehidupan dan kematiannya.

Pada mulanya adalah kata, tapi pada mulanya itu juga perbuatan. Dan selanjutnya: pengorbanan. Martin Luther King pun kemudian mati ditembak orang, bukan?”

“Halah. Lah kok sampai ke Martin Luther King segala sih, Paklik? Sampean ki kalau ngomong suka nggladrah, belok ndak keruan ke mana-mana. Sudah ah, saya mau kerja dulu.”

“Kerja atau cari inspirasi, Mas?”

“Asyem. Sak karep sampeanlah, Paklik …. ”

Paklik ngakak.

Sampean apa ya mau ikut ngakak, Ki Sanak? Atau ikut saya mencari inspirasi saja?

0 comments: